Wednesday, October 3, 2007

Bingungnya Jakarta

O alah, Jakarta lagi-Jakarta lagi.

Orang bilang Jakarta jadi tumpuan harapan berjuta-juta orang. Jakarta terkadang juga dibilang "Kejamnya ibu tiri tak sekejam Jakarta". Itulah kenyataannya. Jakarta jadi harapan dan dibenci orang. Jadi surga dan jadi neraka.

Jadi Surga bagi mereka yang memang punya kemampuan kerja, bisa bersaing dengan banyak orang, punya individu menonjol, punya pandangan luas dan visi ke depan yang jelas.
Jadi Neraka bagi mereka yang hanya menggantungkan angan-angan, kerja meminta belas kasihan, tak punya keahlian, tak punya kekhasan pribadi, hanya sebagai "orang biasa" dan benar-benar Neraka bagi mereka yang tak punya arah dan tujuan yang jelas.

Beberapa hari lalu kembali aku melangkah ke Jakarta setelah hampir 3 tahun aku tak mengungjunginya. Lalu lintas padat dan macet yang dulu sudah 'familier' dengan diriku kini rasanya asing lagi dan menjadi hal yang sangat menyebalkan.

Marilah kita mengurai kenapa jakarta jadi kota "enak" untuk cari gaji, tetapi "gak enak" untuk tinggal.
  1. Jalanan macet di mana-mana, jarak dekat pun terkadang gak bisa diperkirakan waktunya. Padahal orang-orang yang kerja di jakarta barat atau tangerang bisa jadi tinggal di bekasi. Begitu juga sebaliknya orang jakarta utara kerja di bogor, yah banyangkan aja, waktu yang harus ditempuh. Ibu-ibu sekantorku kerja di grogol berangkat dari bekasi, tiap hari jam setengah enam harus sudah berangkat dari rumah. pulang? ketemu anak istri?
  2. Lingkungan kotor, itu jadi hal yang tidak sehat. Bayangkan berapa kandungan debu dalam udara yang kita hirup setiap hari? Sesak napas? Belum lagi asap kendaraan bermotor yang sekarang sudah tak bisa dikurangi lagi.
  3. Jakarta terkadang dibayangi oleh birokrasi. Apa-apa serba- duit. Konotasi yang selalu melekat di benak semua orang Indonesia. Walaupun akhir-akhir ini aku lihat sudah banyak perbaikan terutama pada pemerintahan gubernur Sutiyoso. Yah semoga arahnya jadi lebih baik.

Akhirnya kita tinggal di manapun bumi selalu dipijak-langit selalu dijunjung, artinya ingatlah ada bawah dan ada atas. Teman-teman yang di Jakarta juga jangan cepat mengeluh. apalagi yang di daerah jauuuh dari kota besar. Semua ada hikmahnya :
  1. Ketika di daerah saya pernah agak 'mutung' kata orang Jawa. setelah saya bisa menerima keadaan ternyata banyak sekali hikmah yang bisa diambil. minimal bisa membuat saya lebih menghayati arti hidup ini. Saya jadi lebih bisa memanfaatkan waktu, karena ketika saya ditempatkan di pelosok, tak banyak yang bisa dilakukan. toko buku gak ada, internet mahalnya minta ampun, jauh dari sanak saudara, ongkos pulang mahal banget. Sekarang aku selalu memanfaatkan waktu untuk kegiatan yang bermanfaat minimal selalu menggali ilmu dimanapun, kapanpun, semoga bisa jadi bekal di masa depan.
  2. Saat di kota besar, tujuan saya adalah menjalin tali silaturahmi sebanyak-banyaknya dengan orang-orang di 'pusat', siapa tahu suatu saat saya perlu banyak konsultasi ketika saya harus menjalani kehidupan di daerah lagi.

Terlepas dari semua itu semua orang punya visi dan misi. Silahkan terapkan misi dan visi anda atau bahkan strategi yang harus digelar. Selamat berjuang teman-temanku. Bekerjalah dengan baik. Jadikan diri kita teladan minimal bagi keluarga kita yang di rumah. amiien.

No comments: