NAVSTAR GPS (Navigation Satellite with Timing and Ranging Global Positioning System) atau sering disingkat GPS, merupakan sistem navigasi satelit terbaru yang didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti, dan juga informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia (Abidin,2000)
memungkinkan pemakai mendapatkan posisi titik secara tepat dengan ketelitian yang memadai.
Aplikasi awalnya untuk keperluan militer, sekarang aplikasinya bisa dipakai untuk, Survey & Pemetaan (Darat/laut), Geodesi, Geodinamika, dan Deformasi, Navigasi & Transportasi, Studi Troposfir & Ionosfir, Pendaftaran Tanah, Photogrammetry/Remote Sensing, GIS, Study Kelautan ( mis Arus ), Olah raga, rekreasi.
GPS dikembangkan oleh Amerika Serikat sejak tahun 1973, pengembangan sistem NAVSTAR GPS dilakukan dalam 3 tahap. Tahap pertama (1973-1978) dilakukan pengujian konsep. Tahap kedua (1978-1989) dilakukan pengujian prototype pada receiver, pada tahap ini diorbitkan satelit 7 buah (blok I). Tahap ketiga adalah operasional dimulai tahun 1989, dengan diorbitkan satelit blok II sebanyak 11 buah, Konstelasi satelit-satelit NAVSTAR GPS secara penuh terdiri dari 21 satelit ditambah 3 satelit cadangan dan secara resmi sistem GPS dinyatakan operasional pada April 1994.
Bereferensi ke satu global datum WGS84
Tidak tergantung cuaca
Cara penentuan posisi dapat dg statik maupun bergerak (kinematik).
Cocok untuk semua platform ( mobil, kapal, pesawat dll )
Tidak memerlukan saling keterlihatan antar titik.
Surveyor tidak dapat memanipulasi data mentah.
Untuk daerah terbuka GPS dapat menggantikan fungsi Total Station. Lebih praktis, teliti dan cepat. ( stop-go, Real Time Survey )
Keterbatasan
Tidak dapat digunakan di tempat dimana signal GPS tidak dapat diterima. Misal: di dalam terowongan, hutan lebat, di tengah bangunan bertingkat tinggi dll
Pemakai tidak mempunyai wewenang dalam system GPS
Datum yang digunakan WGS84, untuk posisi lokal dengan MSL pengguna harus menghitung sendiri angka transformasinya.
Pengolahan data GPS bukan hal yang mudah.
Teknologinya relatif baru, hingga sumber daya masih kurang.
Pemakaian terkesan sangat mudah, hingga membuat operator kurang teliti, dan kurang hati-hati tehadap pekerjaannya.
Survey GPS memiliki karakteristik dan persyaratan yang berbeda dengan survey Poligon dll
Karakteristik satelit GPS
Power Supply :
5 m solar panel
27 AH NiCad Battery
Frequency Standard :
Rubidium Cesium Quartz
Weight : 845 kg
Expected Life : 7.5 years
Segmen GPS
Satelit-satelit GPS (Space Segment)
Terdiri dari 24 Satelit BlokII dan BlokIIA ( blok IIR disiapkan )
Terdiri dari 6 Bidang Orbit, 4 Satelit per orbit
Inklinasi 55 derajat
Periode orbit 12 jam
Kecepatan orbit 3.87 km/detik
Bentuk orbit mendekati lingkaran, dengan a = 26.600 km
Jarak antar orbit 60°
Merupakan satelit orbital (kecepatan orbit satelit 2 kali lebih cepat dari kecepatan orbit bumi)
Ketinggian rata-rata 20200 km
Satelit mirip radio pemancar di angkasa
One way ranging system
Dari wilayah Indonesia dapat diamati 6 - 9 satelit dg elevasi 15 deg
Nama satelit ditunjukkan dengan SVN ( Satellite Vehicle Number) dan PRN (Pseudo Random Number )
Pengguna (User Segment)
Mengamati sinyal GPS, menghitung posisi, kecepatan, informasi mengenai waktu
System control (Control Segment)
Sinkronisasi waktu, injeksi data, monitor kesehatan satelit
prediksi orbit. dll
Signal&Data GPS
Signal yang dipancarkan oleh satelit berisi informasi : Posisi satelit GPS, Jaraknya dari sipengamat lengkap dengan informasi waktunya, Status kesehatan satelit dan informasi lainnya.
Komponen Signal GPS
Penginformasi Jarak (CODE), ada 2 macam code : P-code ( Precise atau private ), C/A code (Coarse Acquisition/Clear access)
Penginformasi Posisi Satelit ( Navigation messages) : Prediksi efemeris satelit, Koreksi parameter jam satelit, Informasi status sistem GPS
Gelombang Pembawa ( Carrier wave ), ada 2 gelombang pembawa : L1 (1575,42 Mhz dan panjang gelombang = 19.05 cm) dan L2 (1227,60 MHz dan panjang gelombang =24.25 cm).
PENGELOLA GPS
Sistem GPS dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Defense Mapping Agency) untuk keperluan sipil maupun militer dalam hal penentuan posisi tiga dimensi. Pada awalnya tujuan dari pengembangan GPS adalah untuk menunjang kepentingan militer Amerika Serikat.
SISTEM KOORDINAT
Dalam sistem GPS dikenal ada beberapa sistem koordinat
Sistem Koordinat Orbit
Sistem Koordinat Kartesian
Sistem Koordinat Geodetik
Sistem Koordinat Toposentrik
Elemen Keppler
Setengah sumbu panjang (a)
Eksentrisitas (e)
Anomali sejati (f)
Right ascension of ascending node (W)
Argument of perigee (w),
Inklinasi (i).
Konfigurasi Orbit
Konstelasi standar dari satelit GPS terdiri dari 24 satelit yang menempati 6 bidang orbit yang bentuknya sangat mendekati lingkaran, dengan eksentrisitas orbit umumnya lebih kecil dari 0,02. Keenam orbit satelit GPS mempunyai spasi sudut yang sama antar sesamanya.. Setiap orbit ditempati oleh 4 satelit dengan interval antaranya yang tidak sama. Jarak antar satelit diatur sedemikian rupa untuk memaksimalkan probabilitas kenampakan setidaknya 4 satelit yang bergeometri baik dari setiap tempat di permukaan bumi pada setiap saat.
PENETUAN POSISI DENGAN GPS
Posisi yang didapat adalah 3D ( X,Y,Z) atau ( L,B,h)
Tinggi yang diberikan adalah tinggi ellipsoid
Datum WGS84 dengan ellipsoid GRS 1980
Penentuan posisi dapat dengan cara : Absolut positioning, Diffeential, Static, Rapid Static, Re-occupation, Kinematic, Kinematic On the fly
Titik yang akan ditentukan dapat diam maupun bergerak
Spektrum ketelitian dari : mm hingga puluhan meter.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETELITIAN POSISI GPS
Ketelitian Data
Type data yang digunakan, Kualitas Receiver GPS, Level kesalahan/bias.
Geometri Satelit
Jumlah Satelit, Lokasi dan distribusi satelit, lama pengamatan.
Metoda penentuan posisi
Absolut / defferensial positioning
Static, Rapid Static, Reoccupation, Kinematic, OTF
Satu atau dua referensi.
Strategi pemrosesan data
Real Time/post processing, pemrosesan base line & perataan jaring
Konsep penentuan posisi geodetik pengamat (suatu titik) dengan menggunakan data receiver GPS
GAMBAR :
ω Ω γ
O : pusat massa bumi (WGS ’84)
SVi : satellite vehicle (kendaraan edar), i = 1, 2, 3, 4
P : posisi pengamat (receiver)
a : setengah sumbu panjang ellipsoid
b : setengah sumbu pendek ellipsoid
f : anomali sejati
Ω : right ascension of ascending node
ω : argument of perigee
Di : jarak dari receiver ke SVi
VE (γ) : vernal equinox
X,Y,Z (+) : sumbu kartesi referensi WGS ‘84
X,Y,Z (P) : koordinat kartesi receiver
X,Y,Z (SVi) : koordinat kartesi SVi
KONSEP :
Prinsip penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi (pengikatan ke belakang) dengan jarak. Penentuan posisi dilaksanakan dengan melakukan pengamatan simultan ke minimal 4 satelit yang koordinatnya diketahui. Pengamatan simultan ke 4 satelit dibutuhkan untuk mendapatkan solusi 3 parameter posisi dan satu parameter koreksi waktu.
Penentuan posisi pada suatu titik disebut absolute positioning. Posisi titik tersebut direferensikan terhadap pusat sistem koordinat, yaitu geocenter GPS (pusat massa bumi). Data yang digunakan adalah pseudorange (jarak semu).
URUTAN PERHITUNGAN :
Mencari Rumus Persamaan Jarak
Rumus umum untuk menghitung jarak dengan waktu adalah :
D = c.t , di mana : (1)
D : jarak (meter)
c : tetapan kecepatan cahaya (3 x 108 meter/detik)
t : waktu (detik)
Rumus menghitung jarak dengan beda waktu adalah :
D = c.∆t atau D = c.(t1 – t2) (2)
Rumus menghitung jarak dengan koordinat adalah :
D = √ (X1 – X2)2 + (Y1 – Y2)2 + (Z1 – Z2)2 (3)
Rumus perhitungan jarak pengamat dan satelit dengan waktu adalah (i = 1 s/d 4) :
DPSVi(t) = √ {[XSVi(t) – XP]2 + [YSVi(t) – YP]2 + [ZSVi(t) – ZP]2} - c.∆t (4)
Menghitung Koordinat Satelit (Kartesi 3 D) dengan Data Broardcast Ephemeris
Konstanta :
Konstanta gravitasi universal bumi : μ = 3986001.5 x 108 m3/det
Kecepatan rata-rate rotasi bumi : Ω = 7.292115147 x 10-5 rad/sec
Perhitungan anomali sejati :
Waktu sesudah epoch referensi : tk = t - toe (5)
Rata-rata gerakan terkoreksi : n = √(μ/a3) + ∆n (6)
Rata-rata anomali pada tk : Mk = M0 + n.tk (7)
Penyelesaian iteratif untuk Ek : Mk = Ek – e sin Ek (8)
Anomali sejati vk : vk = arc tg {√(1 – e2sin Ek)/cos Ek – e)} (9)
Argumen lintang :
Argumen lintang : Φk = vk + ω (10)
Koreksi : δuk = Cus sin 2Φk + Cus cos 2Φk (11)
Argumen lintang terkoreksi : uk = Φk + δuk (12)
Radius orbit terkoreksi :
Radius : rk = a(1-e.cos Ek) + Crs.sin 2Φk + Cic cos 2Φk (13)
Posisi di orbit : Xk = rk cos uk (14)
Yk = rk sin uk
Inklinasi terkoreksi : ik = i0 + Cis.sin 2Φk + Cic cos 2Φk + i tk (15)
Ascending node terkoreksi : Ωk = Ω0 + (Ω – Ωe).tk – Ωe.toe (16)
Koordinat WGS ’84 : Xe = Xk.cos Ωk – Yk.sin Ωk (17)
Ye = Xk.cos Ωk – Yk.sin Ωk (18)
Ze = Yk.sin Ωk (19)
Di mana :
∆n : perbedaan dari anomali menengah = 4.389112813.10-9 rad/det
e : eksentrisitas = 2.8019920.10-3
ω = 2.420534936 rad
toe : time of ephemeris, epoch referensi dari efemeris
a : sumbu
M0 : anomali rata-rata pada waktu referensi
i : kecepatan perubahan dari inklinasi
Ω : kecepatan perubahan dari right ascension
Cuc,Cs : koefisien koreksi argument of perigee
Crc ,Crs : koefisien koreksi jarak geosentrik
Cic ,Cis : koefisien koreksi inklinasi
Memasukkan Nilai Jarak dan Nilai Kartesi Satelit
DPSVi(t) = √ {[XSVi(t) – XP]2 + [YSVi(t) – YP]2 + [ZSVi(t) – ZP]2} (20)
Karena (XP,YP,ZP) tidak linear, maka diberikan nilai pendekatan (XP0,YP0,ZP0) agar DPSVi(t) dapat dihitung, sehingga rumusnya menjadi :
DPSVi(t) = √ {[XSVi(t) – XP0]2 + [YSVi(t) – YP0]2 + [ZSVi(t) – ZP0]2} (21)
Nilai (XP,YP,ZP) dihitung dengan :
XP = XP0 + ∆XP (22)
YP = YP0 + ∆YP
ZP = ZP0 + ∆ZP
Rumus jarak (20) dilakukan linearisasi menggunakan Deret Taylor :
DPSVi(t) = f (XP0+∆XP , YP0+∆YP , ZP0+∆ZP) (23)
DPSVi(t) = f (XP0,YP0,ZP0) + ∂f(XP0,YP0,ZP0)/∂XP0 . ∆XP + ∂f(XP0,YP0,ZP0)/∂YP0 . ∆YP + ∂f(XP0,YP0,ZP0)/∂ZP0 . ∆ZP (24)
Di mana :
∂f(XP0,YP0,ZP0)/∂XP0 = - XVSi(t) – XP0 / DP0SVi (25)
∂f(XP0,YP0,ZP0)/∂XP0 = - YVSi(t) – YP0 / DP0SVi
∂f(XP0,YP0,ZP0)/∂XP0 = - ZVSi(t) – ZP0 / DP0SVi
Melakukan Hitung Perataan
Vektor matriks :
L + V = A X atau
V = A X – L di mana :
DPSV1 - DPSV1
L = DPSV2 - DPSV2 adalah matriks pengamatan
dst - dst
DPSVn - DPSVn
V DPSV1
V = V DPSV2 adalah koreksi pengamatan
dst
V DPSVn
(XP-XP0SV1)/DPSV1 (YP-YP0SV1)/DPSV1 (ZP-ZP0SV1)/DPSV1 adalah
A = (XP-XP0SV2)/DPSV2 (YP-YP0SV2)/DPSV2 (ZP-ZP0SV2)/DPSV2 matriks
dst dst dst koefisien
(XP-XP0SVn)/DPSVn (YP-YP0SVn)/DPSVn (ZP-ZP0SVn)/DPSVn parameter
Membentuk matriks X dengan rumus :
X = ( AT PA )-1 AT PL dengan matriks bobot :
Γ02/Γx2 simetris 1 Φ
P = Γ02/ΓY2 jika (Γ02/Γx2 , Γ02/ΓY2 , Γ02/ΓZ2 ) diberi bobot 1 1
simetris Γ02/ΓZ2 Φ 1
sehingga :
∆XP
X = ∆YP
∆ZP
Iterasi (XP,YP,ZP) dengan (XP0,YP0,ZP0) untuk menghitung jarak
XP = XP0 + ∆XP
YP = YP0 + ∆YP
ZP = ZP0 + ∆ZP
Iterasi dihentikan jika :
XPn - XPn-1 ≤ toleransi
YPn - YPn-1 ≤ toleransi
ZPn - ZPn-1 ≤ toleransi
Melakukan Transformasi Koordinat Kartesi 3 D menjadi Koordinat Geodetik
XP = (N+h) cos φP cos λP
YP = (N+h) cos φP sin λP
ZP = [N (1-e2) + h] sin φP
Dengan P = (N+h) cos φP,
φP0 = arc tg { (ZP/P) x [1-(e2.N)/(N+h)]-1 }
dilakukan proses iterasi dengan pendekatan h0 sehingga diperoleh :
P (φn,λn,hn)
Proses iterasi dihentikan jika :
φPn - φPn-1 ≤ toleransi
λPn - λPn-1 ≤ toleransi
hPn - hPn-1 ≤ toleransi, sehingga diperoleh : P (φP,λP,hP)
KETELITIAN POSISI GPS
Ketelitian posisi titik hasil pengamatan GPS secara umum tergantung pada:
Ketelitian data
tipe data yang digunakan
kualitas reciever yang digunakan
level dari kesalahan dan bias
Geometri satelit
Jumlah satelit
Lokasi dan distribusi satelit
Lama pengamatan
Metode penentuan posisi
Strategi pemrosesan data
Real time atau post processing
Strategi eliminasi dan pengoreksian kesalahan/bias
Pemrosesan baselin perataan jaringan
Kontrol kualitas.
TAHAPAN PENGUKURAN
Pendefinisian Survei
Penetapan personel lapangan
Pengumpulan dokumen awal
Penyiapan spesifikasi teknis dan jadwal implementasi survai
Perencanaan dan persiapan
Pengumpulan informasi perencanaan
Perencanaan awal
Reconnaisance
Pendesainan geometri jaringan
Finalisasi dokumen perencanaan
Tinjauan desain rencana survai
Pengamatan satelit GPS
Tahap persiapan
Tahap pengamatan
Tahap setelah pengukuran
Pengolahan data GPS
Pengolahan data baseline
Perataan jaringan
Transformasi datum dan ordinat
Pendokumentasian hasil survei
APLIKASI GPS
Penentuan titik dasar teknik (titik ikat)
pengukuran dan pemetaan
Why GPS GPS dapat digunakan tanpa tergantung waktu dan cuaca, sehingga meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas pengukuran. ketinggian orbit satelit cukup tinggi (20:200km) menghasilkan cakupan liputan yang sangat luas, ditambah jumlah satelit yang (24) dapat dilihat dari bagian manapun dimuka bumi. tidak terpengaruh kondisi topografi, tidak memerlukan keterlihatan antar titik sebagaimana pengukuran teristis konvensional. posisi hasil pengukuran GPS mengacu pada datum global sangat bermanfaat untuk menyamaan sistem, terutama untuk Indonesis yang terdiri dari banyak pulau. ketelitian nposisi GPS mempunyai spektrum yang sangat luas menghasilkan fleksibilitas pemilihan alternatif pengukuran sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. pemakaian sistem GPS tidak dikenakan biaya kecuali pembelian alat.
METODE PENENTUAN POSISI ABSOLUT
Absolute positioning adalah metode penetuan posisi menggunakan satu receiver GPS di suatu stasiun pengamatan untuk mengumpulkan data dari beberapa satelit GPS guna menentukan posisi dari stasiun tersebut.
METODE PENENTUAN POSISI RELATIF (DEFERENSIAL).
Pada penetuan posisi relatif (diferensial), posisi suatu titik ditentukan relatif terhadap titik lainnya yang telah diketahui koordinatnya.
Keterangan gambar:
S1, S2, S3, S4: Satelit GPS
A, B : titik (Stasiun) pengamat
P21, p22 : jarak dari satelit S2 ke pengamat A dan B
bAB : jarak basis antara titik A dan B
pada gambar 6, titik A merupakan titik referensi yang telah diketahui posisinya dalam sistem koordinat tertentu, sedangkan titik B belum diketahui posisinya. Pengamatan dilakukan secara bersamaan, sehingga beberapa jenis bias dan kesalahan dapat dieliminasi atau direduksi.
METODE STATIK
Penentuan posisi secara statik (Static Positioning) adalah penentuan posisi dari titik-titik yang statik (diam). Penetuan posisi ini dapat dilakukan secara absolut maupun diferensial, dengan menggunakan data kode dan atau fase. Dapat mengahasilkan ketelitian posisi yang tinggi hingga orde milimeter. Waktu yang dibutuhkan delam pengukuran berkisar antara 45 menit hingga beberapa jam.
METODE STATIK SINGKAT
Penetuan posisi scera statik singkat (Fast/ rapid static) pada dasarnya adalah identik dengan metode statik hanya dengan waktu yang lebih singkat (5-20 menit). Dapat menghasilkan ketelitian posisi yang tinggi orde centimeter.
METODE PSEUDO KINEMATIK
Metode pseudo kinematik (intermittent/reocupation) pada dasarnya adalah pelaksanaan dua metode pengukuran statik singkat dengan selang satu sampai beberapa jam diantaranya.
METODE STOP AND GO
Metode stop and go (semi kinematik) adalah metode penetuan posisi titik dengan posisi titik statik sedangkan reciever bergerak dari titik dan diam beberapa saat (1-2 menit) di titik tersebut. Metode ini berbasiskan pada penetuan posisi secara diferensial dengan menggunakan data fase. Agar ambiguitas fase dapat dipecahkan, pada titik pertama yang diukur harus dilakukan pengamatan yang relatif lebih lama (inisialisasi). Pada saat pengukuran, selama pergerakan reciever sinyal satelit tidak boleh terputus (cycle slips). Jika hal tersebut terjadi, harus kemali dilakukan inisialisasi.
METODE KINEMATIK
Penentuan posisi secara kinematik (kinematik positioning) adalah penetuan p[osisi dari titik-titik yang bergerak sehingga receiver tidak dapat berhenti pada titik-titik tersebut. Sebagaimana halnay metode statik, penetuan posisi ini dapat dilakukan secara absolut maupun deferensial, dengan menggunakan data kode dan atau fase. Dapat menghasilkan ketelitian posisi yang beragam, dari tingkat rendah hingga relatif tinggi.
2 comments:
Saya tertarik untuk melanjutkan topik yang anda angkat dalam tesis anda mengenai pendefinisian server, bisa mohon saran terkait hal tersebut?
Genial fill someone in on and this mail helped me alot in my college assignement. Thank you as your information.
Post a Comment